DOSEN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH KEMBANGKAN MOL SAPIRA DARI LIMBAH PERTANIAN
Bertempat di Jorong Ganting Nagari Taram tanggal 3 September 2023, tiga orang dosen Politani yaitu Dr. Ir. Salvia.,MP, Dr. Iis Ismawati.,S.Hut.,M.Si dan Sri Nofianti SP.,M.SI, Payakumbuh menggelar kegiatan Sekolah Lapang pembuatan MOL bagi Kelompok Tani Sakinah dan Kelompok Wanita Tani Amanah sebagai mitra program. Kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian program Skema Pemberdayaan Wilayah hibah kompetisi tahun 2023 dari Kemendikbudristek Dirjen Pendidikan Tinggi Vokasi.
Menurut Salvia selaku ketua pelaksana program , tujuan kegiatan ini adalah menghasilkan MOL berbahan baku local sebagai Biostarter untuk meningkatkan kualitas pakan ternak dan kompos. “Selama ini petani dan peternak dalam membuat pakan dan kompos menggunakan Biostarter yang dijual di pasar dengan harga yang lumayan mahal. Melalui pembuatan MOL SAPIRA ini diharapkan petani dan peternak bisa memanfaatkan limbah sayur dan buah yang ada di lingkungan sekitarnya. Di Jorong Ganting penduduknya banyak menanam papaya dan timun, sisa limbah produk yang busuk dapat menjadi bahan baku untuk membuat MOL setelah ditambah dengan bahan-bahan lain seperti daun jagung, air cucian beras atau air kelapa dan molase dari gula merah atau gula pasir.
MOL atau mikroorganisme lokal adalah kumpulan mikro organisme yang bisa “diternakkan”, fungsinya dalam konsep “zero waste” adalah untuk “starter” dalam teknologi fermentasi baik untuk pakan ternak maupun pembuatan pupuk organik. Dengan menggunakan MOL, fermentasi pakan dan kompos yang biasanya memakan waktu sampai 2 bulan, kini bisa selesai dalam waktu 2- 3 mingguan. Dengan menggunkan MOL maka proses fermentasi akan semakin cepat, sehingga dapat meningkatkan kualitas produk akhir baik itu dalam pembuatan pakan ternak maupun pengolahan limbah. . Selain sebagai biostaster, MOL juga dapat dipakai sebagai zat perangsang tumbuh (ZPT) dan juga untuk pestisida alami (agen hayati)” tambahnya. Inilah multifungsi dari MOL yang diharapkan mampu mandiri diproduksi oleh mitra
“Pelibatan mahasiswa Prodi Teknologi Produksi Ternak dalam Sekolah Lapang ini sebagai bentuk praktek dari pelaksanaan Project Based Learning untuk meningkatkan knowledge, skill dan attitude mereka, sehingga punya pengalaman dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat. Mahasiswa kita dilatih untuk lebih kompeten sehingga setelah lulus bisa siap kerja”, ujar Salvia.
SAPIRA adalah branding dari hasil luaran program, merupakan singkatan dari Sistem Pertanian Terpadu Sapi-Jagung Taram. Kami berharap nagari Taram dapat menjadi tempat belajar bagi siapa saja yang ingin mengetahui tentang ilmu sistem pertanian terpadu tertutama untuk komoditi sapi dan jagung sebagai salah satu produk unggulan nagari.
Tim Humas PPNP